Rabu, 21 Oktober 2015

Pak, jika anda legalkan saya membunuh para pembakar hutan itu, itupun akan saya lakukan...

Anak saya yang pertama, Nilam, sudah hampir 2 minggu sakit, awalnya ISPA, tapi pada akhirnya demam tinggi, terkena virus campak, dan kembali demam lagi setelah 3 hari agak mendingan... ya, walaupun nilam jarang sakit, tapi sesekalinya sakit, biasanya juga tak separah ini... bagaimana saya bisa optimalkan perawatannya, baik dirumah, maupun dirumah sakit, kondisi udara tidak begitu baik, kabut asap yang sudah hampir 4 bulan ini memaksa kami untuk mengurungnya dirumah.. tak hanya Nilam, Ibrahim juga tiba-tiba demam malam tadi, dan si kecil Nabilah juga sudah sering terbatuk-batuk bila pintu rumah terbuka..

Saya tak suka mengeluh, mungkin ini adalah ujian bagi kami, bisa juga kesempatan bagi kami untuk mendulang pahala, tapi jika melihat 3 balita di rumah yang semakin mengkhawatirkan kondisinya, saya jadi sedih sekali..andaikan saya punya kuasa untuk menghentikan bencana ini.. Yang terhormat presiden kami, jika anda legalkan saya membunuh para pembakar hutan itu, itu akan saya lakukan... saya tidak bisa melihat anak saya dibunuh perlahan dengan asap ini...!!!

Jumat, 16 Oktober 2015

UNTUK BUNDAKU..


dapet ini dari suami, walaupun belum separah ini, tapi sepertinya ini warning, hehehe


:: UNTUK BUNDAKU :: Bunda, tutuplah dulu facebook-mu Ini aku Si Umur Satu Pintar mengoceh dan ingin main denganmu Bacakan aku buku, atau menyanyilah untukku Bertahun-tahun lagi, Bunda, Blogmu masih akan tetap ada di sana Tapi tak selamanya aku berumur dua Aku akan masuk sekolah, segera Bunda, bagaimana kabar dunia maya hari ini? Kulihat di hadapan facebook kau tersenyum sendiri Padahal aku ingin berbagi Cerita tentang murid baru di PAUD/nursery kami Umurku empat, dan kau kata aku nakal Membuatmu tak bisa nulis status dan komen di media sosial Kalau aku tak nakal, Bunda, Kau tak akan mengangkat wajahmu dari screen itu Lihat, Bunda, aku sudah besar sekarang Berangkat ke sekolah pagi, pulang sudah petang Frekuensi pertemuan kita semakin jarang Apa kau merindukanku, saat menyantap makan siang? Aku tak langsung pulang, Bunda, Ada tambahan ekstrakurikuler sepakbola Besok sains, matematika, fisika, atau kimia Lusa bahasa Arab, Perancis, Jerman, atau bahasa asing lainnya Apa Bunda? kau ingin mendengar ceritaku? Maafkan karena aku mengecewakanmu Aku sudah ditunggu PR-PR-ku Letih ini inginku segera ke peraduanku Bunda, weekend ini aku menginap di rumah temanku Bunda bisa memiliki lebih banyak waktu Mengurus twitter, facebook, path, instagram, line dan wa Atau media sosial entah apa lagi namanya Liburan bulan depan ada schooltrip ke luar negeri, Bunda Tak akan aku hadir dalam makan malam keluarga Sampaikan salamku kepada adik, kakak, dan semua saudara Nanti kukirim kabar dari jejaring sosial, Bunda mau yang mana? Delapanbelas umurku kini Aku pergi dan pasti akan jarang kembali Bunda bisa mengerjakan semua hobi Sepanjang waktu, setiap hari, tak akan aku menghalangi Bunda, aku hanya meminta 6.570 hari saja Ya, 157.680 jam lebih tepatnya Hanya sebanyak itu waktu yang kaupunya Sebelum aku dikategorikan sebagai dewasa Delapan belas tahun itu 9.460.800 menit saja, Bunda Dikurangi tidur, aku sekolah, dan menit-menit yang berlalu Saat kau menduakanku dengan facebookmu Sesungguhnya, tak akan lama aku di gendongan dan gandengan tanganmu (Penulis: Nurisma Fira /Penulis Buku Puzzle Dakwah, Cochester, Essex, 17 April 2015)

Senin, 07 September 2015

Gara-gara Tengku Wisnu...

Kalimat pertama mengawali bahasan pagi ini adalah... tentang wasiat terakhir nabi, yaitu tentang telah sempurnanya peninggalan nabi tentang "manual book" kita menghadapi dunia yang semakin menggila... yap, ada Alqur'an dan Hadist yang Beliau wasiatkan, artinya... pedoman kita tentang menghadapi masalah hidup ini udah ada, yaitu qur'an dan sunnah...

but..., sering banget kita malah sering galau klo dapet musibah (itu saya sih, hihihi) klo dulu sering curhat sama orang, sekarang malah suka browsing sana-sini liat referensi di dunia maya... plusnya, jd ga buka aib sendiri sama orang lain, tapi negatifnya, saya jd bingung, ini referensi valid atau ga ya...???

jaman sekarang seseorang dengan mudah posting dg tulisan maupun komentar, namun sayangnya... banyak dan banyyaaaaaaaaakkkk sekali yang ga ada referensi ilmiah ataupun dalil nya... hasilnya, tentu saja yang benar di bully, dan yang ngawur di share..

*geleng-geleng kepala

Rabu, 12 Agustus 2015

Mengurai Cerita tentang Sebuah Pernikahan (Bag.2)

Baru-baru ini pengguna medsos lagi heboh dengan berita tentang pemuda minang yang menikah dengan bule cantik dari inggris, baru tiga hari yang lalu saya juga dikejutkan dengan berita tentang seorang sahabat SD saya, yang menikah dengan bule jepang.. wow... menikah dengan mualaf.. berkah yang luar biasa, pahala yang Allah janjikan juga tidak biasa, pahala yang jauh lebih besar dari langit dan bumi... mudah-mudahan pernikahan mereka diberkahi yang maha kuasa...

jadi, tentang sahabat SD saya ini, ada cerita menarik tentangnya... alkisah..dulu saya sekolah di SD Inpres, sekolah kecil di sebuah dusun..kami satu kelas hanya 8 orang, lebih sering pake sendal jepit ketimbang sepatu, bukan karena tak punya sepatu, tapi karena kami selalu main di sawah, sungai atau lapangan rumput dekat sekolah.. muridnya pun tak seberapa, jika dikumpulkan murid dari kelas satu hingga kelas enam, mungkin jumlahnya akan sama dengan satu kelas di sekolah kota, tapi kenangan tentang sekolah kami sangat luar biasa, cerita tentang pohon coklat di belakang sekolah yang tak pernah berbuah masak, karena selalu kami panjati dan ambil buahnya yang baru muncul.. haha...menyenangkan sekali..

teman sekelas ku berjumlah delapan orang, dan dari nama mereka, kita akan tau bulan apa mereka lahir, berikut nama-nama temanku itu :
1. Desmerienti, lahir bulan desember
2. Despinal, desember juga
3. Marsanti gemala, lahir di bulan Maret
4. Okdiansyah, lahir bulan oktober
5. Hendra Rahmadony, saya lupa bulan masehinya, tapi yang pasti di bulan ramadan, hehe...
6. Agustina Musbar, ketebak donk, bulan apa...
7. Roni Adi Putra, yang satu ini namanya sama dengan saya, tak bisa menggambarkan lahir di bulan apa
8. Riza Andriani,mmm.. coba tebak, saya lahir bulan apa, hihihi...

nah, yang nomor 7 adalah teman yang saya ceritakan di awal tadi, menikah dengan wanita jepang, subhanallah, kita tak tahu hidup manusia, setelah sekian lama kuliah di unand, saya ga tau apakah dia lulus atau enggak, hehe... (bayangkan, waktu saya ngajar di unand, statusnya masih mahasiswa!!!) setelah itu roni kerja di Bali, bekerja di sebuah perusahaan jepang dan akhirnya menikahi putri direkturnya, dan gadis itu pun bersedia merubah keyakinannya.. subhanallah, tetap saja, JODOH itu rahasia Tuhan, bukan ala-ala film korea yang sering saya tonton, hehehehe....

enough for today...nanti kita lanjutkan lagi ya.... ^_^

Selasa, 11 Agustus 2015

Mengurai Cerita Tentang Sebuah Pernikahan (bag.1)

assiiikkk akhirnya menulis lagi.. setelah begitu banyak ide yang akhirnya menguap ke awang-awang... yang apalagi  alasannya klo bukan males, ga sempat, lagi asik sama hal-hal yang tak penting..(ga syar'i sekali, hehehe)... sangat ingin sekali menulis tentang pernikahan... tapi pikiran saya akan mengembara ke beberapa tahun silam.. dan untuk mengingatnya saja saya sendiri tidak bisa fokus, begitu banyak tempat, nama dan peristiwa yang berlomba-lomba datang ke benak saya... ya... cerita yang tak kan pernah lupa walau satu episode pun... begitu membekas, dan saling berkaitan satu sama lain, bahkan saya tak tau mulai dari mana, hehehe seperti benang kusut yang harus diurai satu persatu...itu BARU SATU cerita tentang saya, bagaimana cerita tentang jutaan manusia lainnya... subhanallah..Allah memang Zat yang Maha membuat Skenario hidup manusia, dan semua karyaNYA SEMPURNA!!!

menikah.. dari sekian banyak drama korea yang saya tonton, ga ada tuh yang mirip-mirip dengan kehidupan nyata yang saya alami, sempet nangis-nangis darah atau tertawa cekikikan bahkan ngiri sejadi-jadinya karna alur drama yang romantis tak kunjung saya temui dikehidupan nyata... kehidupan percintaan saya (asiik..) dimulai saat saya memutuskan untuk segera menikah, tapi disaat kondisi yang sama, saya sama sekali belum punya calon suami, hehehe... beberapa proses sudah dilewati, tapi Allah sepertinya ingin melihat "kepantasan" saya untuk menunaikan ibadah yang satu ini...ya...pada akhirnya saya menikah dengan seorang laki-laki muslim yang sama sekali belum pernah saya kenal, belum mengetahui kadar kesholehannya, tapi saya tau, Allah memantapkan hati saya untuk menerimanya...

dan disinilah cerita itu bermula.. saat menikah bukan hanya masalah hati, logika dan keharusan, tapi masalah idiologi hidup, ketakwaan, kepasrahan akan takdir Allah dan tentang cerita merangkai tangga menuju surganya Allah... buat saya dan suami, menikah adalah realita, bukan sebuah kesepakatan, bukan pula cerita merangkai impian-impian yang sama.. tidak sesederhana itu, tapi juga tak patut untuk dibuat rumit

seiring berjalannya waktu, impian-impian yang dulu saya buat tentang sebuah pernikahan bahagia semakin jauh, yang ada malah realita hidup yang mungkin belum terpikir kala itu... tapi saya tau, Allah mengganti semua impian-impian itu dengan kesyukuran yang luar biasa, bukan hanya keluarga yang saya cintai, tapi lebih dari itu, menikah telah menyelamatkan iman saya yang tak seberapa, membuka mata hati dan memantapkan jalan yang saya pilih untuk meraih surga.. dan yang pasti, saya punya murabbi konsisten berpegang pada qur'an dan sunnah.. murabbi yang menghindarkan saya dari bahaya bid'ah...

aiiihhh... jadi serius sekali bahasannya... heheheh.. baiklah, saya tidak punya kata-kata indah nan romantis seperti Fadh Pahdepie yang sering di share ibu-ibu pengajian pesbukiah, atau kata-kata puitis mario teguh... ini hanya sekelumit dari ceritaku... mana ceritamu...??? #eh...

nanti kita sambung lagi ya pemirsah...hihihi...

Rabu, 05 Agustus 2015

nilam sayang samo bundo... bundo cantik banget...

nilam sayang samo bundo... bundo cantik banget...

anak perempuan saya yang berumur 4,5 tahun ini memang luar biasa... sangat kreatif, sedikit bandel, perayu ulung dan recorder yang sangat sangat baik... mungkin ini alasan saya dan suami agak sedikit "perhatian" dengan si sulung... ditengah kesibukan mengurus adik-adiknya, saya selalu mengikuti perkembangannya.. yah, dia lebih intens dengan sang ayah karena saya harus fokus sama si bungsu...

hari demi hari, nilam semakin mirip saya, wajah dan prilakunya pun bener-bener copi-paste saya.. jadi tak heran saya akan mengerti apapun yang dipikirkannya walaupun belum terucap.. tak jarang saya akan sering "berantem" karena sifat kami yang mirip, sama-sama keras, namun disisi lain, juga sangat-sangat rapuh.. tak jarang saya akan menyesal setelah memarahinya.. ah nilam...

Kamis, 02 Juli 2015

semester ketiga yang tak pernah selesai....

beberapa waktu yang lalu saya sendang keranjingan film korea, "biscuit teacher and star candy".. awal-awalnya lucu seterusnya dramatis banget ampe nangis-nangis darah khas cerita drama korea pada umumnya... setelah hampir lima tahun pensiun dari per-drama-an, saya sangat menikmati film ini... mungkin karena ada alur cerita  yang mirip dengan episode drama kehidupan saya...

alkisah, selesai kuliah saya berniat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sambil cari beasiswa, saya iseng datang ke salah salah satu perguruan tinggi di kampung saya, dan mencoba melamar disana sebagai tenaga pengajar.. berhubung jurusan saya adalah program studi baru di kampus tersebut dan sebagian besar dosennya sedang belajar di luar, otomatis tenaga tambahan sangat diperlukan, dan saya dengan mulus tercatat sebagai dosen luar biasa (DLB) disana.. untuk ukuran saya, S1 Fresh Graduate sebenarnya belum layak untuk mengajar, saya hanya membantu dosen tetap disana, tapi berhubung tak ada lagi dosen yang "available", saya pun mengajar beberapa mata kuliah disana, SENDIRI... yah, itu sudah hebat sekali rasanya...hehehe...

memasuki dunia kerja, saya baru saja mengalami "the real life" yang dulu cuma sekedar kata-kata buat saya... walaupun bekerja dilingkungan akademis, tapi idealisme itu tak berlaku disini.. bahkan yang justru muncul adalah kegoisan dan keangkuhan dari deretan gelar dibelakang nama, saya masih sangat ingat saat ruang bagi DLB yang berantakan dan meja kami yang sudah pindah keruangan lain tanpa adanya pemberitahuan, fiuh... jikalah bukan di lingkungan kampus, mungkin bisa dimaklumi, tapi ya sudahlah... cukup buku harian saja yang jadi saksi betapa saya baru melihat kehidupan yang sebenarnya...satu-satunya yang membuat saya betah adalah keasyikan saya mengajar... bukan materi pelajaran yang menarik, bukan...karena teori-teori ilmu sosial tak pernah menetap, selalu dinamis... tapi yang membuat saya bahagia kala itu adalah mahasiswa, adik-adik saya yang berinteraksi setiap kuliah dengan saya...

sebelum memulai kuliah, saya selalu absen panggil, bukan karena ingin disiplin, tapi karena saya ingin mengenal mereka, menciptakan ikatan emosional dengan mereka, karena itu yang tidak saya dapatkan ketika kuliah... hubungan mahasiswa dan dosen seringnya hanya hubungan egoisme sang dosen atau sebaliknya... sungguh, saya menikmati hari-hari bersama adik-adik saya tersebut, kala berdiskusi dengan mereka di kelas, di koridor jurusan, atau bercengkrama dengan mereka saat acara kemah bakti masyarakat, diskusi hangat kami di dalam tenda,  atau cerita tentang tenda kami yang harus dibongkar tengah malam karena hujan lebat... hmmm.. dan tentang surat-surat yang berisi kekaguman yang sampai saat ini saya bahkan tidak pernah tau itu dari siapa...ini yang membuat saya seperti "dejavu" setelah menonton film korea itu....

bahagia sekali jika mengingat hal tersebut, tapi ketika saya harus dihadapkan pada kenyataan sulit, antara keterbatasan materi dengan idealisme dan passion saya menjadi pengajar, saya harus mengalah pada keadaan... dengan honor yang tidak seberapa-bahkan tak cukup untuk ongkos saya ke kampus- saya harus memilih pekerjaan yang lain, jadi teringat waktu itu, saya harus hilir mudik menawarkan komputer bekas kepunyaan kakak tertua karena sudah tidak punya ongkos untuk pulang... sedih sekali, saya hampir menangis karena tak ada yang mau membeli...  tapi ya sudah lah.... sebuah cerita tak kan indah jika tak ada episode sedihnya...tak terbayang saat melangkah terakhir kali dari kampus, saya tak mampu lagi membendung air mata, itu yang membuat saya tak pernah sanggup menghadapi adik-adik saya...tak ada kata-kata perpisahan.. saya tak kan mampu melepaskan diri dari mereka... beberapa sms dari adik2 saya pun menyatakan kekecewaannya, tapi saya tak bisa berkata, kenyataan membungkam saya.. bahkan ketika ada salah seorang mahasiswa datang ke kantor baru saya dan menangis... hhhhh... saya sedih... semester ketiga saya mengajar... tak kan pernah selesai... tapi cerita itu akan tetap indah untuk saya kenang... merindukan kalian semua... adik-adikku....