Kamis, 23 April 2015

berhubung suami masih bersedia jadi sopir pribadi...

sambil mengantar anak-anak ketempat ibu, saya bertanya kepada suami, "boleh ga ud, ai bawa mobil nanti ke bukittinggi", suami saya tersenyum dan dengan berat hati berkata boleh... ya, saya sudah bisa bawa mobil sendiri, tapi kekhawatiran suami yang membuat kepandaian saya berkurang... bukan satu kali saya belajar nyetir, jauh sebelum saya ikut kursus mengemudi, saya pernah belajar nyetir sama adik laki-laki saya , dan saya pun dengan sukses bawa mobil dari rumah menuju kantor (walaupun hampir nabrak, hehe)

sepertinya, jaman sekarang, banyak sekali wanita yang bisa mengemudikan kendaraan roda empat, ada yang cuma gaya-gayaan (haree gene ga bisa nyetir???!!!), ataupun tuntutan kebutuhan, seperti beberapa teman saya yang akhirnya memutuskan untuk menyetir sendiri... alasannya apalagi kalau bukan buat nganter anak, pergi ke pasar,dll,  karena mereka tidak bisa mengandalkan suami untuk mengantar mereka setiap saat.

berbeda dengan saya, walaupun saya sudah punya sim A, tapi berhubung suami masih bersedia jadi sopir pribadi, dengan senang hati saya akan terima keadaan ini, hahaha.... walaupun konsekuensinya, saya harus mengikhlaskan uang saya yang terbuang percuma buat ikut kursus mengemudi... T_T

udah... sekian aja...

Kamis, 09 April 2015

Selamat jalan mak tuo....

Saya sangat dekat dengan keluarga ayah, yang dalam istilah minang di sebut Bako... saya sering sekali bermain di rumah nenek, bahkan nilam dan nabilah pun saya titip di tempat nenek.. tapi cerita ini bukan cerita tentang rumah bako saya, ini cerita tentang seseorang yang kami panggil "mak tuo Ana". Beliau tinggal disamping rumah nenek, beliau sangat cantik, walaupun sudah berumur, tapi semua orang akan melihat beliau dulu waktu muda sangat-sangat menawan, berkulit putih, badan yang proporsional serta senyum yang selalu mengembang saat bertemu seseorang..

Mak tuo ana sangat rajin sholat ke mesjid,  sebelum subuh, beliau selalu mandi dan berhias. beliau juga pribadi yang dermawan, suka menolong, dan tidak pernah menyakiti orang lain dengan kata-kata kasar. walaupun kami tidak ada hubungan darah dengan beliau, tapi kami merasa beliau adalah orang tua kami, mungkin karena rasa sayang beliau selalu melimpah kepada kami..
mak tuo bukanlah ustadzah...beliau bukan pula aktivis dakwah yang punya agenda luar biasa, beliau hanya seorang ibu, nenek, kakak, adik, dan sahabat bagi orang-orang disekelilingnya...saya heran, mengapa tak semua orang seperti mak tuo? atau lebih tepatnya, pertanyaannya seperti ini, mengapa saya tidak bisa seperti beliau?

beberapa waktu lalu, kami mendengar kabar tentang mak tuo, beliau meninggal di pulau jawa, tempat anak perempuannya merantau, dan yang membuat kami tak bisa menahan haru dan kesedihan adalah, saat mak tuo menghembuskan nafas terakir adalah saat ketika beliau sujud di mesjid... saya bertanya... adakah kematian yang lebih indah dari husnul khotimah? 

bukan kepergian beliau yang saya tangisi, saya pun sudah sangat ikhlas...
tapi ... 
mampukah saya menjadi pribadi seperti beliau?
mampukah saya menjadi baik tidak hanya dimata manusia, tapi juga dimata yang kuasa?
mampukah saya beribadah hingga husnul khotimah itu mampu saya raih?

selamat jalan mak tuo... semoga engkau mendapat tempat terbaik disisi Rabb-mu...
 


dan saya hanya bisa membesarkan iman saya yang tak seberapa...

saya sedih sekali!!!!

 itulah yang mungkin bisa menggambarkan perasaan saya saat ini... ternyata defenisi keadilan hanya tuhan yang tau... selama ini saya hanya berfikir, adil itu sama rasa, sama rata, dan hanya milik seorang pemimpin... tapi ternyata, saya sadar itu salah, tepat disaat saya merasa diperlakukan dengan tidak adil!!!....

jadi, jika ada yang merasa atau mengaku dapat berlaku adil, tolong difikirkan lagi.. adil itu sangat-sangat tidak mudah kawan....

apakah adil, jika temanmu merasa dipersulit, sementara yang lain tidak?
apakah adil, jika semua harus membayar kewajiban dengan angka yang sama, dengan kemampuan yang berbeda?
apakah adil, merasa senang ketika ada orang lain yang merasa susah?
apakah adil, jika kamu mulai tak nyaman dengan orang-orang yang berada disekitarmu?

saya sudah muak...
dan saya hanya bisa membesarkan iman saya yang tak seberapa...